Hampir setiap hari kita membaca, mendengar dan menonton berita tentang kekerasan seksual atau perkosaan terhadap anak dan balita.
Beradasarkan laporan dari Pusat Konsultasi Terpadu RSCM jumlah anak yang dirujuk untuk memperoleh konseling karena perkosaan dan incest (hubungan kelamin antar keluarga) meningkat 100% tahun ini. Sekurang-kurangnya ada satu kasus setiap har.
Salah satu TV swasta beberapa waktu yang lalu menyiarkan berita tentang seorang ibu muda yang menangisi nasib gadis kecilnya yang berusia empat tahun. ”Anak saya mengeluh sakit kalau pipis, lalu saya periksa dan saya lihat...eh kemaluannya berdarah. Saya tanya apa yang terjadi... Ya Allah ! saya tidak menyangka anak saya ”digituin”! Ujarnya lirih dan penjelasan berikutnya tenggelam dalam tangis yang perih.
Hati siapa yang tidak ikut pedih mendengarkan kesaksian ibu yang berasal dari desa di Jawa Tengah tersebut, dan ternyata pelakunya adalah anak tetangga dekat yang baru duduk di bangku SMP !
Stasiun TV lainnya menyiarkan pula rekonstruksi perkosaan anak balita yang dilakukan sangat terencana oleh tetangganya juga yang ternyata adalah murid SD kelas V dan VI serta seorang muridmSMP.
Sekarang ini apakah kita tnggal di kota atau di desa, keluarga berpunya atau yang hidupnya pas-pasan, semua kita sekarang ini dihadapkan pada suatu ”bencana besar” yang mengancam : kenyamanan, keselamatan fisik, jiwa dan keimanan anak-anak kita. Mereka dengan mudah bisa menjadi korban kekerasan seksual dan perkosaan !
Mengapa semua ini terjadi ? Kira2 apa sih penyebabnya?
Bagaimana kita harus bersikap?
Bagaimana mencegahnya ?
Apa yang harus kita lakukan ?
Bagaimana sih tanda dan gejala korban kekerasan seksual?
To be continue ya, makanya sering2 buka blog risma ini ya J
Atau jadi membernya donk, spy kalo ada lanjutannya atau tulisan yang baru, kamu bisa tau. Gmn, okay ?