Menikah atau Tidak Menikah
(Nanik Susanti, Catatan Wanita Lajang, Syamil, 2005)
Muslimah hanya akan sempurna jika telah menikah dan mempunyai anak.
Saya tersenyum mendengar pendapat ini.
Usia saya sekarang 33 tahun. Saya belum menikah, bahkan mungkin akan terus tidak menikah. Bukan, bukan karena saya menentang lembaga pernikahan. Bukan juga karena saya baru mengalami pengalaman buruk berkenaan dengan seorang laki-laki.
Semua orang tahu bahwa pernikahan adalah misteri. Datang dan munculnya bukan atas kendali manusia sepenuhnya. Lalu apakah saya (dan orang seperti saya) tidak bisa menjadi sempurna?
Ah, mungkin benar. Toh, tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Namun para muslimah yang belum menikah seharusnya bisa menjadi muslimah istimewa. Sedehana saja...menjadi muslimah belum menikah artinya mampu hidup ”berbeda” dari keumuman dan kewajaran.
Hanya orang-orang istimewalah yang mampu hidup berbeda, lalu tetap bekerja dan terus berpegang teguh pada idealismenya; tidak bersedih karena suara-suara sumbang atau komentar-komentar menyedihkan yang keluar dari orang lain; tidak menenggelamkan diri dalam dunia sepi hanya karena ingin sembunyi dari tuntutan orang tua dan kerabat.
Belajarlah dari Aisyah r.a. di usianya yang kedua puluh. Pada usia tersebut, beliau sudah tidak didampingi suami dalam menjalani hidupnya. Beliau juga tidak mempunyai keturunan seorangpun.
Lalu apakah hidup Aisyahr.a. menjadi sepi dan tidak produktif? Tidak, justru pada usia muda itu, beliau berhasil mengaplikasikan ilmu-ilmunya yang didapat dari madrasah Rosulullah dan membaginya pada muslim dan muslimah yang belajar pada beliau.
Dari sini jugalah seharusnya para muslimah yang belum menikah banyak belajar pada Aisyah r.a.
Bukan hanya belajar pada kehidupannya pada saat menjadi istri Rosulullah saw.
Oleh karena itu buat para muslimah yang belum menikah, jangan berkecil hati. Peliharalah keinginan menikah itu dalam hati.
Namun ingat, bukan untuk menikah kita diciptakan di dunia ini. Menikah bukanlah tujuan hidup. Menikah merupakan salah satu sarana yang bisa membawa kita pada kesempurnaan penciptaan sebagai khalifah di muka bumi.
Jika sarana itu tidak menghampiri kita, bukan berarti kita tidak bisa mencapai kesempurnaan menjadi seorang muslimah. Ada banyak sarana lain untuk mencapai kesempurnaan berkaitan peran kita sebagai rahmatan lil ’alamiin.
Ada banyak cara Allah sediakan bagi pemaksimalan aktualisasi keshalihatan kita, sesuai dengan kapasitas dan kemampuan.
...karena kita tahu bahwa surga tidak dikhususkan hanya untuk orang-orang yang sudah menikah bukan? :)